MENGUAK SEJARAH TERLAHIRNYA KATA LAODE DAN WAODE BAGI MASYARAKAT JAZIRAH MUNA DAN BUTON
MENGUAK SEJARAH TERLAHIRNYA KATA LAODE DAN WAODE BAGI MASYARAKAT JAZIRAH MUNA DAN BUTON
Oleh
Salnuddin
Dengan senantiasa bersarah diri kepada Allah SWT sekaligus salawat dan salam kepada Rasullulah Muhammad SWT, saya mencoba menguraikan sejarah munculnya kata Laode/Waode bagia masyarakat di jazirah Muna dan Buton. Harapan saya, informasi tersebut bisa saling lebih terbuka dalam pengenalan jati diri masyarakat di jazirah Muna dan Buton yang menggunakan kata depan tersebut pada nama mereka. Informasi ini merupakan hasil olah pikir (aqli/ilmi) yang dibantu oleh teman-teman dengan olah rasanya termasuk penulusuran nahwu bahasa arab. Informasi ini mungkin bukanlah kebenaran yang hakiki, namun pemaparannya mungkin lebih logis dalam memberi pemahaman pada generasi sekarang di jazirah Muna dan Buton.
Sebagaiman tulisan saya sebelumnya tentang “Asal Muasal Penggunaan Kata Depan La Dan Wa Untuk Nama Masyarakat Di Jazirah Muna Dan Buton(Suatu pemikiran komperatif) bagian Revisi Artikel”, telah saya tuangkan beberapa kerangka dasar pemikiran yang relatif lebih logis tentang penggunaan kata la dan Wa. Pada bagian ini saya akan menguraikan asal-usul kata “Ode” yang menjadi bagian nama depan orang di Jazirah Muna dan Buton.
Pemahaman Makna Kata “Ode” oleh Masyarakat Jazirah Muna Dan Buton saat ini
Banyak uraian tentang pemaknaan kata depan nama orang di Jazirah Muna dan Buton yang secara umum menggeserkan pemaknaan kata depan nama tersebut. adapaun pemahaman tersebut sbb:
- Makna kata “Ode” secara prinsip umumnya bermakna sama yakni suatu kelas sosio cultural masyarakat dari kalangan bangsawan. Informasi/uraian banyak yang tidak menjelaskan apa syarat seseorang dikatakan bangsawan dan berhak menyandang Ode pada namanya.
- Asal kata “Ode” yang berarti “bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua”, tidak menjelaskan bahasa arab tua yang mana yang dirujuk, dan apa makna sebenarnya?
- Kata La Ode juga diartikan orang yang mulia atau terpuji di depan Allah, sehingga para bangsawan buton/mungkin juga orang muna (anak-anakku) menjaga lidah dan semua indera. Tidak terinci dengan baik tentang kaidah/amalan standar seorang dikatak La+Ode sekaligus bisa menjadi orang yang terpuji?.
- Karena awalnya La Ode itu tidak diberikan kepada anak turunan Hanya Diberikan Kepada Sultan Terpilih. Bagaimana memahami konsep pemilihan sultan/Raja sekaligus menjadi orang yang terpuji.
- Keputusan untuk memberikan nama La Ode untuk anak turunan bangsawan buton merupakan kebijakan para “majelis adat” dengan harapan sebagia upaya untuk melakukan indentifikasi kepada anak turunan para anak ini siapa tau dikemudian hari ditemukan bibit kepemimpinan pada diri mereka. Untuk masyarakat muna penggunaan kata La/Wa+Ode pada keturunan mereka belum banyak penulis ketahui, namun kecenderungan penggunaan kata La/Wa+Ode pada keturunan mereka dijadikan semacam marga.
Uraian pemaknaan kata depan nama Laode Penulis ambil dari tanggapan masyarakat pada blog orang buton punya. Secara umum, saya katakan sebagai besar uraian pemaknaan kata “Ode” yang diuraikan belum matang, sehingga cenderung pemaknaanya mengada-ada atau sebagai uraian taklid buta. Taklid butayang penulis maksud, bahwa upaya menjelaskan makna kata Ode hingga pemaknaannya dilakukan secara serampangan (sesuai apa yang didengar). Hal tersebut dapat dipahami mengingat uraian tertulis (buku/kitab) yang menguraikan pemaknaan kata “Ode” dari sumber awalnya belum terungkap dan menjadi sejarah lisan bagi masyarakat di jazirah muna/buton.
Asal kata “Ode”
Penulis ingin sampaikan lebih awal bahwa bahasa/huruf di dunia ini terdiri dari 4 kelompok yakni :
- Bahasa/huruf Nabi Adam yakni Bahasa/huruf Sriyani
- Bahasa/huruf Nabi Daud yakni Bahasa/huruf Ibrani
- Bahasa/huruf Nabi Isa yakni Bahasa Nasrani
- Bahasa/huruf Nabi Muhammad yakni Bahasa Arab.
Beberapa bahasa lain termasuk bahasa latin, romawi dan bahasa lain sebelumnya hingga bahasa/huruf yang kita kenal saat ini merupakan turunan dari bahasa tersebut diatas. Dari bahasa tersebut ada bahasa mati maupun bahasa hidup. Hingga saat ini bahasa hidup yang ada hanyalah tinggal bahasa/huruf arab dan bahasa lainnya menjadi bahasa/huruf mati.
Asal kata Ode merupakan bahasa hidup yang berasal dari bahasa arab, dimana serangkaiannya dengan Kata La/Wa juga dari bahasa arab, sehingga dua kata tersebut menjadi bahasa/huruf hidup (La/Wa+Ode). Secara etimologi (nahwu) kata “Ode” berasal dari kata (maaf maunya ditulis dengan huruf arab tapi belum ada programnya menulis dengan huruf arab) :
Waaidun Þ Waidaani Þ Waude (baca; waode)
Waode yang berarti orang yang telah berjanji, dimana huruf “wa” pada kata “ode” secara tata bahasa arab menjadi kesatuan dari kata ode itu sendiri yang berarti janji (asal katanya/kata dasar) yang diartikan huruf “wa” tidak mempunyai makna (bukan bermakna “dan”), sehinga kata ode adalah janji yang dikenakan pada subyek (orang) yang telah berjanji.
Dengan melihat asal kata Waude dari Kata Waaidun (telah berjanji)merupakankata yang diturunkan dari kata sebagai berikut :
- Waada = telah ada janji
- Aidu = Sedang/akan ada janji
- Idathan = perjanjian
- Wamauidan = terjanji
- Daidun = terlah berjanji
Dengan hal tersebut, maka kata “Ode” berarti seseorang yang telah berjanji. Dengan menggunakan kata depan La/Wa menjadi Laode dan Waode diartikan sebagai seirang laki yang telah berjanji (Laode) dan demikian juga untuk perempuan (Waode) dengan penulisan kata tersambung.
Untuk Penulisan yang terpisah La ode dan Wa Ode secara tata bahasa arab mengandung makna sebagai fungsi “nahi” dengan makna larangan/perintah dan dapat juga sebagai fungsi Nafi (meniadakan). Konteks aplikasi kata la/Wa+Ode mempunyai kaidah tersendiri dan insya allah saya akan coba uraiakan dengan sederhana pada kesempatan lain.
Semoga yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin
Baca Juga
Komentar
Posting Komentar
Komentar anda sangat di butuhkan perbaikan blog ini. Silakan berkomentar dengan santun, hindari komentar yang berbau SARA dan menyerang pribadi orang serta ujaran kebencian. Andimin tidak bertanggung jawab terhadap komentar yang berbau SARA, menyerang pribadi orang dan mengadung ujaran kebencian dari pengunjung.