MENGENAL AWALAN (PREFIX) DALAM BAHASA DAERAH MUNA


 

Bahasa Muna adalah salah satu Bahasa Daerah di Sulawesi Tenggara yang digunakan oleh seluruh Penduduk Pulau Muna dan Pulau Buton Utara. Bahasa Daerah memiliki beberapa rumpun bahasa. Seperti halnya bahasa lain, Bahasa Muna juga memiliki tata bahasa. Pada kesempatan ini, penulis akan coba membahas beberapa awalan (prefix) dalam Bahasa Muna, yakni sebagai berikut:
1. Awalan ne-
Awalan ne- dalam bahasa muna berarti sama dengan awalan me- dalam bahasa Indonesia. Penggunaan awalan ne- ini dalam bahasa Muna tidak mengubah kata dasarnya. Contoh dan Penggunaan:
  • Neala, artinya mengambil (kata dasar: ala), contoh: La Ali neala oe we laa rangkowine (La Ali mengambil air di kuala tadi pagi)
  •  Nehela, artinya menarik (kata dasar: hela), contoh: Embuno tehi nehela kapala bhalano (Gurita laut menarik kapal besar)
  •  Nenghoro artinya membuang (kata dasar: ghoro), contoh: Wa Bunti neghoro rewu we kundono lambu (Wa Bunti membuang sampah di belakang rumah)
  •  Negholi artinya membeli (kata dasar: gholi), contoh:Inaku negholi kenta katowo we daoa (Ibuku membeli ikan panggang di pasar)
2. Awalan me-
Penggunaan awalan me- dalam bahasa Muna hampir sama dengan penggunaan awalan ne-. Perhatikan contoh penggunaan awalan me- berikut:
  • Ali, o meala dua sau aini (Ali, apakah engkau akan mengambil juga kayu ini)
  •  Budi, o megholi moreha aniini we daoa rangkowine (Budi, apakah engkau membeli beras di pasar tadi pagi)
Jadi penggunaan awalan me- dalam bahasa muna selalu diikuti dengan partikel o-dan penggunaannya berbentuk kalimat Tanya.
3. Awalan fo-
Awalan fo- sama dengan akhiran -kan dalam bahasa Indonesia. Penggunaan:
  • Fofoni : naikkanContoh: Fononi kaawu kulino te wawono lambu (naikkansaja kulitnya di atas rumah)
  •  Fondawu: jatuhkan. Contoh: Fondawu kulino bubuno aitu we wawa (Jatuhkan kulit langsat itu di kolong rumah)
4. Awalan fe-
Awalan fe- dalam bahasa Muna sama dengan akhiran -kan atau akhiran –i dalam bahasa Indonesia.
  • Fetingke (tingke : dengar), contoh: Andi, ane atumolaku fetingke kanau (Andi, kalau saya memanggilmu mohon dengarkan saya)
  •  Fenami (nami : rasa). Contoh: Fenami kadada aitu bhahi pedahaemo namino (Cicipi sayur itu bagaimana rasanya)
  •  Fekadea (kadea: merah), contoh: Fekadea wuluno lambu bughoumu itu (Merahkan warna rumah barumu itu)
5. Awalan Gabungan ne-fo
Awalan gabungan ne-fo dalam bahasa Muna sama dengan imbungan gabungan me-kan dalam Bahasa Indonesia.
  • Nefondawu (ndawu: jatuh), contoh: La Ali nefondawu tongkuno kalei tolu tongku (La Ali menjatuhkan pelepah pisang sebanyak 3 pelepah).
  •  Nefoampe (ampe: naik/bawa ke atas), contoh: Wa Abe nefoampe kahitela te wawono ghahu (Wa Abe menaikkan jagung ke atas loteng/plafon).
6. Awalan gabungan no-fo
Pada dasarnya awalan gabungan no-fo artinya sama dengan awalan gabungan ne-fohanya saja apa yang dilakukan oleh subjek pada penggunaan no-fo ini mengenai atau tertuju pada apa yang dimiliki oleh subjek.
Contoh:
  • Nofondawu (ndawu: jatuh): La Ali nofondawu tongkuno kaleino tolu tongku (La Ali menjatuhkan pelepah pisangnya 3 pelepah)
  •  Nofoampe (ampe: bawa/membawa naik ke atas): Wa Abe nofoampekahitelano te wawono ghahu (Wa Abe menaikkan jagungnya di atas loteng/plafon)
  •  Noforame (rame: ramai): Isaku noforame kampuano anano (Kakakku meramaikan acara Aqiah anaknya).
7. Awalan gabungan de-fo
Awalan de-fo artinya sama dengan awalan gabungan ne-fo hanya saja kalau ne-fo yang menjadi subjek adalah tunggal (orang ketiga tunggal) sedangkan pada awalan gabungan de-fo yang menjadi subjek adalah jamak (ketiga jamak). Contohnya kalimatnya sama dengan awalan gabungan ne-fo hanya subjek saja yang berbeda.
8. Awalan gabungan do-fo
Sama dengan awalan gabungan no-fo hanya saja pelaku/subjek adalah jamak (ketiga jamak).
9. Awalan gabungan ae-fo
Awakan gabungan ae-fo dalam Bahasa Indonesia kira-kira sama dengan imbuhan me-kan. Apabila suatu kata sudah terdapat suku kata fo- maka suku kata tersebut tidak boleh diulang (hanya 1 suku kata fo- saja). Pelakunya hanya orang pertama tunggal.
Contoh:
  • Aefoowa (owa: bawa): Inodi aefoowa bhirita we liwu sewetano (Saya akan membawakan berita ke daerah seberang)
  •  Aeforato (forato: menginformasikan): Inodi aeforato mieno liwu ane naewine bhe rompuha (Saya akan menginformasikan kepada penduduk desa kalau esok hari ada pertemuan).
10. Awalan gabungan dae-fo
Penggunaannya sama dengan awalan gabungan ae-fo hanya saja yang menjadi subjek adalah orang ketiga jamak.
11. Awalan gabungan tae-fo
Penggunaannya sama dengan awalan gabungan ae-fo dan dae-fo hanya saja yang menjadi subjek pada awalan gabungan ini adalah orang pertama jamak.
12. Awalan gabungan a-fo
Awalan gabungan ini penggunaannya sangat beragam, seperti kasus berikut:
  • Apabila kalimat tidak memiliki objek, dan jika bertemu suku kata fo maka cukup 1 suku kata fo saja dalam kalimat. Contoh: Inodi afoni te galu rangkowine (Saya naik/berangkat ke kebun tadi pagi)
  •  Apabila kalimat memiliki objek, dan jika bertemu suku kata fo maka harus diulang. Contoh: Inodi afofoni anaku te wawono lambu (Saya menaikkan anakku ke atas rumah).
Dan masih banyak lagi contoh lainnya dan yang menjadi subjek adalah orang pertama tunggal.
Masih banyak lagi awalan lainnya.
Catatan:
  • Subjek berbeda penggunaan awalan dalam Bahasa Muna juga berbeda walaupun artinya sama.
  • Penulis menulir artikel ini tanpa membaca buku tata bahasa muna dan hanya berdasarkan pengetahuan sendiri dan jika terdapat kesalahan mohon saran dan kritiknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LANGKU-LANGKU ( TATA CARA ) PROSESI ADAT PERKAWINAN SUKU MUNA

Kisah La Ode Wuna Di Negeri Muna ( Negeri Leluhurnya )